BUTHEK BANYUNE

RAHWANA, Dasamuka Raksaksa berkepala sepuluh, bersaudara Kumbakarna, Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana. Kisah kelahirannya dibarengi kelahiran RAMAWIJAYA dan Laksmana, SUGRIWA, Subali dan kelahiran pasukan kera anak para dewa yang mentertawakan Bathara Guru berputera HANOMAN dengan Dewi Anjani. Ramawijaya bersama Sugriwa, Anggodo (Putra Subali), Hanoman dengan seluruh balatentara Kera berniat membebaskan Dewi Sinta dari belenggu cinta Rahwana. Pasukan Gua Kiskenda ini semakin lengkap dan kokoh ketika Wibisana bergabung dengan Ramawijaya.

GUNAWAN WIBISANA putra keempat Begawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi ini terpaksa meninggalkan Alengkadiraja dan ketiga saudaranya yang berwajah raksasa, karena keserakahan mereka dan mengabdi Sri Ramawijaya. Pengabdiannya tidak mudah diterima oleh penguasa Gua Kiskenda Prabu Sugriwa yang pernah dianggap mengkhianati Subali kakaknya sehingga mendapat hukuman dipasung, dijepit pohon (Semu Gunting) sampai kedatangan Rama dan Laksmana membebaskannya.

Jembatan penghubung Gua Kiskenda dan Alengka yang dicipta Gunawan Wibisana roboh diinjak kesaktian Hanoman, kera putih putra Dewi Anjani yang memperoleh karunia kesaktian luar biasa dan tidak akan mengalami kematian. Rekonsiliasi Gunawan Wibisana dengan Ramawijaya diterima juga oleh Prabu Sugriwo setelah uji coba kesaktiannya, disini Hanoman cukup dominan perannya. Dialah juga yang nanti ditugaskan untuk menjaga keseimbangan Ngarcapada dari sifat angkara Dasamuka dengan Kebajikannya.

Ketua Umum Persaudaraan Alumni PA 212 Slamet Maarif mengatakan akan menolak segala bentuk rekonsiliasi dengan pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi sebagai Presiden terpilih 2019-2024. Senin, 14/10/19. Rekonsiliasi, lanjut dia, mungkin terjadi setelah tuntutan mereka dipenuhi, salah satunya adalah pemulangan Rizieq Syihab.

“Menurut saya, rekonsiliasi mutlak diperlukan tetapi tidak otomatis dihasilkan kalau semua ikut dalam pemerintahan. Malah justru bisa menimbulkan masalah-masalah baru. Misalnya, masuknya partai-partai yang kalah dalam pilpres justru akan menimbulkan kegaduhan di partai-partai yang jadi pengusung pemenang. Ini berarti memindahkan kegaduhan saja, rekonsiliasi tidak terjadi,” katanya. Presiden PKS, Sohibul Iman: Jangan Pertentangkan Oposisi atau Rekonsiliasi. (Gatra.com, 15 Oct 2019)

SITI YUNIARTI (Mei 2017), Rekonsiliasi, adalah Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) merupakan upaya penyelesaian sengketa di luar litigasi (non-litigasi), terdapat beberapa bentuk penyelesaian sengketa. Menurut Suyud Margono (2000:28-31) adalah: (1) konsultasi; (2) negosiasi; (3) mediasi; (4) konsiliasi; (5) arbitrase; (6) good offices; (7) mini trial; (8) summary jury trial; (9) rent a judge; dan (10) med arb.  Oleh lingkup APS dan didefinisi tersendiri dalam UU No.30/1999 yakni “cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”.

Pemilu bukan sengketa, pemilu bukan perebutan kekuasaan, pemilu adalah harapan, dambaan para pemimpin kepada rakyat untuk memperoleh kepercayaan mewakili mereka dalam menata pemerintahan. Jadi hasil pemilu yang diperoleh seumpama emas dengan kadar yang berbeda, semakin dipercaya berarti semakin tinggi kadarnya. Perbedaan pendapat yang terjadi dalam proses pemilu bukan hal baru dalam negara BHINEKA TUNGGAL EKA, mengunggulkan kebenaran sendiri terhadap yang lain berarti memasang palang di jalan lurus, menimbulkan sengketa, keruh, BUTHEK.

Sangat terkesan pesan Jokowi pada para menteri baru, “jangan terjebak rutinitas (birokrasi) yang monoton”. Birokrasi terlahir jauh lebih tua daripada para menteri. System pengelolaan kementerian seolah sudah binen (baku), tidak bisa dirubah. Nuwun sewu pak menteri, kami sudah melaksanakan tugas di kementerian ini lebih dulu dan cukup lama, pak menteri baru disini dan lima tahun lagi sudah nggak menjabat, selayaknya memperhatikan kepentingan daerah sehingga tidak menimbulkan kekeruhan dengan daerah. Disini menteri baru mewakili parpol, terjebak dua kepentingan, sebagai pembantu presiden dan sebagai petugas partai. Mengikuti salah, menolak akan dipelintir kalangan bawah juga salah. Mau tidak mau kerja menteri jadi MONOTON, seolah mengalir untuk tidak dikatakan terhanyut.

Bagi pihak-pihak berkesadaran tinggi dan mau mengakui kesalahan diri, tidak merahasiakan (tipu muslihat) kehendak kelompok, untuk itulah REKONSILIASI diperlukan. Menyamakan persepsi menuju kesejahteraan rakyat (yang diwakili) nampak mudah dibicarakan, disetujui, tetapi memerlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk mencapainya. Seperti Gunawan Wibisana mengalami cobaan yang tidak ringan untuk rekonsiliasi dengan Ramawijaya. Memaafkan, melupakan kesalahan, perselisihan sengketa masa lalu yang gelap merupakan syarat awal. Mengampuni, Forgive me.

“Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga”. (2Kor. 2:10). Dikatakan dalam ayat lain “Berbahagialah mereka yang mau mengampuni kesalahan orang lain, kepadanyalah diberikan kerajaan Allah, yaitu ketenteraman, kedamaian, kerukunan, kebahagiaan”. Sebagai raja Allah tidak memerlukan pembelaan umatnya. Hanya karena CINTA KASIH ALLAH (I Love You), maka dunia ini tercipta. Beliau tidak mengharap pujian, cukup bahagia bila melihat anak-anak-Nya “guyup rukun” dan tahu berterima kasih, I THANK YOU, “matur nuwun”. Memuji, memuliakan Tuhan, Kanjeng Sunan Kalijaga menunjukkan semua sarana itu sudah tersedia dalam dirimu, di “tengkukmu, JITHOK”, Ji (memuji, memuliakan, berterimakasih) Thok (doang, saja). … Kidung Rumeksa ing Wengi.

Ada kehendak bebas yang diberikan Tuhan kepada manusia, bukan kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang terpimpin oleh ‘hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan’. Kebhinekaan alam semesta (jagad gede) ada didalam diri manusia (jagad cilik), tanpa menyadari hikmat yang terkandung dalam setiap prabot tubuh, kelima indra dan dan ketiga jiwa menimbulkan banyak persepsi yang memungkinkan terjadinya kesalahan, sengaja atau tidak sengaja berakibat BUTHEK BANYUNE.

Wong Jawa sadar hal ini, maka timbullah kebiasaan dan adat-istiadat mengucapkan NUWUN SEWU (I’M SORRY) artinya mohon perkenan sebelum melakukan sesuatu, yang mungkin terjadi kesalahan atau disalahkan pihak lain. Agar tidak jadi buthek (keruh) suasananya, belum ternyata SALAH. “NYUWUN PANGAPURA”, mohon maaf (PLEASE FORGIVE ME), ketika sadar terjadi kesalahan tanpa perintah tertulis atau diundangkan. SHINTA ILANG/The Lost of Sita/Javanese Sendratari RAMAYANA Ballet Prambanan UKJGS UGM 

HO’O PONOPONO, Ho’o (HA-HA) orang Hawaii memberi arti  “menyebabkan” dan Ponopono (PANA-PANA) berarti “kesempurnaan”. Adalah mantra (Magic Word) kuno rakyat Kepulauan Hawaii (Oceania), dikatakan sebagai The Special Word, kata kunci, Kunci Urip adalah mantra sakti yang sudah tidak mereka ketahui akar kata dan budayanya. Dipercaya mampu menyembuhkan banyak penyakit dan mengurai banyak masalah kehidupan. Orang-orang Vanuatu percaya bahwa kerahasiaan (merahasiakan) memberi kekuatan pada penyakit (kekeruhan). Saat kesalahan diakui, penyakit tidak lagi menguasai orang tersebut. Terapi yang mampu melawan penyakit adalah pengakuan pasien, atau anggota keluarga. Jika tidak ada yang mengakui kesalahan apalagi merahasiakan, pasien bisa mati. Mengangkat kembali mantra Hawaii kuno ini beberapa praktisi Dr. Ihaleakala Hew Len menjabarkan Kata Kunci tesebut dengan empat kata “I’m Sorry, Please Forgive Me, I Thank You, and I Love You” mengandung makna spiritual yang sangat mendalam.

I’M SORRYNuwun Sewu, mohon perkenan. Tata krama, sopan santun wong Jawa sebagai kata sapaan atau pembuka untuk menyampaikan sesuatu, atau melakukan sesuatu didepan orang lain. Kebiasaan, adat istiadat ini sudah tertanam dalam sanubari wong Jawa agar dijauhkan dari ketidaksopanan, atau bila terjadi kesalahpahaman yang memungkinan sakit hati orang lain atau tidak berkenan, meski belum ternyata salah. Kata maaf, permisi, nuwun sewu tidak nampak dalam kehidupan sehari-hari saat ini.

PLEASE FORGIVE ME”, NYUWUN PANGAPURA. Renungan berikutnya saat yang paling tepat untuk mohon maaf, mohon ampun,  ‘nyuwun pangapura’, pusatkan hati secara vertikal ’dumateng Gusti Ingkang Maha Suci’. Demikian juga secara horizontal mohon maaf kepada sesama ciptaan termasuk didalamnya kepada alam semesta, tumbuh-tumbuhan dan juga binatang. Berpikir adalah aktivitas tan kasat mata, tak tampak, setiap pikiran akan tersimpan dalam bawah sadar dan akan muncul kembali saat orang lain berpikir hal yang sama hukum tarik menarik (Law Attractif). Bukan tidak mungkin hasil pemikiran makin disempurnakan, betapa menyedihkan kalau keinginan itu tidak baik, memenangkan pertempuran menggunakan senjata pembunuhan massal. Setiap pikiran menimbulkan keinginan, keinginan mengarungi angkasa terciptanya kapal terbang terwujud dikemudian waktu dalam perbuatan. Hal ini menuntut pertanggungjawaban moral baik/buruk yang tak ada hentinya. AJA BUTHEK BANYUNE, jangan keruh airnya. Pikiran, Cipta ini menuntut DADI (terjadilah) CIPTA DADI, kecuali secara sadar kita mau menghapusnya (delete) dengan “Please Forgive me”.

NYUWUN PANGAPURA dumateng Gusti ingkang Maha Suci, Aja Buthek Banyune, (pikiran saya). Pertobatan batin (kalbu) terus-menerus, menyeluruh, totalitas menyangkut ‘Sirollah”, “Dzatollah” dan “Sipatollah” (sarana hidup yang dititipkan Gusti) untuk bekal kembali kepada-NYA. Kita tidak tahu keinginan yang ditumbuhkan oleh ketiganya HAPIK apa HALA, karena itu minta maaf untuk dihapuskan (delete) dari Cipta saya dan juga minta maaf apabila baik tetapi saya belum siap mewujudkannya. Hukum ketertarikan akan mengirimkan hasil pemikiran yang lebih tinggi dan menguatkan.

I THANK YOU, terima kasih, matur nuwun. Terima kasih kepada semuanya yang telah memberi kebebasan kepada kita melakukan kebaikan, berbakti dan menyelesaikan dhawuh kemanusiaan, “memayu hayuning kulawarga, bangsa, negara dan bawana”. Terlebih dengan sukarela mau mengampuni segala kesalahan bahkan pelanggaran, menembus vertikal terima kasih kepada Gusti ingkang Mahasuci, karena hanya karena kasih-Nya semuanya itu terjadi. Cinta Kasih Tuhan yang tiada batasnya telah merasuk dalam hati sanubari yang harus kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. “Terjadilah padaku menurut kehendakMU”. — Ho’o Ponopono

 I LOVE YOU, saya mencintai mu (MU) merujuk juga hubungan Vertical (Tuhan) dan Horizontal (sesama). Hubungan ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai Salib (Kayu Salib) yang berdiri tegak lurus keatas dan lurus kesamping kiri-kanan. Sadar manusia hidup diturunkan, ditempatkan di bumi (bawah=kaki salib) hamung MAMPIR NGOMBE. Artinya hanya untuk sementara waktu di duia ini, untuk menunaikan perutusannya (sebagai caraka) dan akan kembali melalui jalan lurus keatas, sepantasnya melakukan HURIP-HAPIK (HO-HO=HO’O=HA-HA. Hidup baik melalui JALAN LURUS, dengan saling mencintai, mengasihi. Tanpa terpengaruh dipersimpangan jalan lurus kesamping kiri atau jalan lurus kesamping kanan yang akan berakhir pada jurang kejatuhan. Jalan lurus keatas artinya “bali mula-mulanya”, kembali kepada Tuhan sang Pencipta. Ini hanya mungkin dicapai oleh mereka yang telah PONO-PONO (PANA=mengerti, PA-titik dan NA=akhir).

 “PURWA, MADYA, WASANA”, Awal, Perjalanan dan Akhir dalam kasanah penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi tuntunan mencapai kasampurnan lahir, kasampurnan urip dan kasampurnan pati, menapaki JALAN LURUS. Awal dan Akhir pesta demokrasi, Pemilu sudah selesai. Selanjutnya mewujudkan cita-cita kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan bersama. Rekonsiliasi antara para pemimpin koalisi maupun oposisi pada dasarnya ada getaran pertemanan yang kecil berubah menjadi ikatan persahabatan, dan ikatan yang tidak pernah putus adalah persaudaraan. Saudara dapat dipahami sa=se=satu – udara, menghirup udara yang sama. Cinta Kasih (I Love You) mengaitkan semua, dan cinta tidak akan pernah hilang (The love will never get lost). “When I See You Again”, perpisahan berdampak BUTHEK BANYUNE, berselimut kerinduan without you, my friend, satukan setiap perbedaan, kebhinekaan dalam karya kemanusiaan. See You Again,

 Akar budaya, adat istiadat asli Nusantara memusatkan diri pada penghayatan menyeluruh, secara vertikal maupun horisontal (“Kaharingan” berkomunikasi dengan tumbuh-tumbuhan). Agama pendatang yang berkembang mengedepankan visi-misi mereka masing-masing dan ada kecondongan menghilangkan adat budaya setempat mengganti dengan kebiasaan adat-budaya asalnya. Lembaga Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (LPK) mulai mengingatkan mereka agar kembali kepada niat sucinya menunjukkan kebesaran-Nya yaitu CINTA KASIH ( I LOVE YOU) TUHAN kepada manusia dan alam semesta ciptaan-Nya. Sumangga !!. Rahayu!! Ki-Sardjito.-